HALO SAHABAT CHEMISTRYLOVERS...... Reaksi
kimia tidak akan pernah terlepas dalam kehidupan kita. Reaksi tersebut terjadi
dengan kecepatan yang bervariasi. Misalnya saja ketika Ibu membuat teh. Mengapa
harus dengan air mendidih? Mengapa tidak menggunakan air yang sudah dingin?
Atau mengapa ketika kalian membuat minuman teh manis, gula yang dimasukkan ke
dalam larutan teh harus kalian aduk? Mengapa tidak dibiarkan saja melarut
dengan sendirinya? Mengapa makanan seperti daging, tempe, ketika dimasukkan lemari
es menjadi lebih awet dibandingkan jika ditaruh di lemari biasa? Mengapa saat
Ibu memasak daging harus dibungkus dengan daun pepaya atau daging tersebut
dipotong dadu terlebih dahulu? Dan masih banyak pertanyaan lain dalam kehidupan
sehari-hari yang berhubungan dengan kecepatan berlangsungnya reaksi suatu zat.
Larutan teh biasanya dibuat
dalam air panas, karena jika dibuat dalam air dingin, maka sari teh tidak dapat
atau sukar larut dalam air. Pengadukan gula ketika membuat teh manis bertujuan
agar gula cepat larut. Penyimpanan makanan dalam lemari es atau frezeer bertujuan agar reaksi berjalan
lambat. Makanan yang ditaruh di dalam lemari es mengakibatkan reaksi pembusukan
menjadi berjalan lambat sehingga makanan dapat lebih awet. Reaksi kimia dapat
dipercepat atau diperlambat dengan cara memberi perlakuan tertentu. Beberapa
perlakuan yang dapat mempengaruhi kecepatan terjadinya reaksi dinamakan faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap laju reaksi. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi cepat lambatnya reaksi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah
luas permukaan, suhu, konsentrasi, dan katalis. Pada bab ini akan dijelaskan
tentang pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap laju reaksi.
Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi tentu
mengandung partikel-partikel yang lebih rapat dibandingkan dengan konsentrasi
larutan rendah. Larutan dengan konsentrasi
tinggi merupakan larutan pekat dan larutan dengan konsentrasi rendah
merupakan larutan encer. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi ini dapat
dijelaskan dengan model teori tumbukan. Semakin tinggi konsentrasi berarti
semakin banyak partikel-partikel dalam setiap satuan luas ruangan, dengan
demikian tumbukan antar partikel semakin sering terjadi, semakin banyak
tumbukan yang terjadi berarti kemungkinan untuk menghasilkan tumbukan efektif
semakin besar, sehingga reaksi berlangsung lebih cepat.
perhatikan gambar berikut!
Jika ukuran kubus diperkecil, maka luas
permukaan total semakin besar.
Jika ukuran partikel suatu benda semakin kecil,
maka akan semakin banyak jumlah total permukaan benda tersebut. Dengan
menggunakan teori tumbukan dapat dijelaskan bahwa semakin luas permukaan bidang
sentuh zat padat semakin banyak tempat terjadinya tumbukan antar partikel zat
yang bereaksi sehingga laju reaksinya makin cepat.
Setiap
partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan temperatur, energi gerak atau energi
kinetik partikel bertambah, sehingga tumbukan lebih sering terjadi. Dengan
frekuensi tumbukan yang semakin besar, maka kemungkinan terjadinya tumbukan
efektif yang mampu menghasilkan reaksi juga semakin besar.
Suhu atau temperatur ternyata juga memperbesar
energi potensial suatu zat. Zat-zat yang energi potensialnya kecil, jika
bertumbukan akan sukar menghasilkan tumbukan efektif. Hal ini terjadi karena
zat-zat tersebut tidak mampu melampaui energi aktivasi. Dengan menaikkan suhu,
maka hal ini akan memperbesar energi potensial, sehingga ketika bertumbukan
akan menghasilkan reaksi.
Pada umumnya reaksi kimia akan berlangsung dua kali lebih cepat, apabila suhu dinaikkan 10 oC. Jika dimisalkan laju reaksi pada saat t1°C = v1 dan laju reaksi setelah dinaikkan suhunya t2°C = v2, maka laju reaksi setelah dinaikkan suhunya atau v2 tersebut dapat dirumuskan sebagai:
Beberapa reaksi kimia
yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan menambahkan suatu zat ke
dalamnya, tetapi zat tersebut setelah reaksi ternyata tidak berubah. Misalnya
pada pengurain kalium klorat untuk menghasilkan gas oksigen.
Reaksi berlangsung
pada suhu tinggi dan berjalan lambat, tetapi dengan penambahan Kristal MnO2
ke dalamnya ternyata reaksi akan dapat berlangsung dengan lebih cepat
pada suhu yang lebih rendah. Setelah semua KClO3 terurai, ternyata
MnO2 masih tetap ada (tidak berubah). Dalam reaksi tersebut MnO2
disebut sebagai katalis.Katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat
laju reaksi, tanpa dirinya mengalamu perubahan yang kekal. Suatu katalis mungkin dapat terlibat
dalam proses reaksi atau mengalami perubahan selama reaksi berlangsung, tetapi
setelah reaksi itu selesai maka katalis akan diperoleh kembali dalam jumlah
yang sama. Peranan katalis dalam
menurunkan energi pengaktifan dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Grafik tingkat energi reaksi dengan katalis
Link terkait:
No comments:
Post a Comment